Jumat, 11 Januari 2013

Gula Pengaruhi Emosi Anak

Karbohidrat, termasuk gula, dibutuhkan anak sebagai sumber energi dan tumbuh kembang. Namun, konsumsi karbohidrat berlebih justru membuat anak sulit berkonsentrasi, mudah stres, hingga menjadi agresif.
”Konsumsi karbohidrat anak dari berbagai sumber maksimum 55 persen dari total makanan yang dikonsumsi,” kata dokter spesialis kedokteran jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tjhin Wiguna, pekan lalu, di Jakarta.
Asupan gula berlebih, baik dari makanan maupun minuman, akan memacu peningkatan produksi hormon insulin dalam tubuh. Ini membuat anak mudah lelah, mengantuk, dan sulit berkonsentrasi. Karbohidrat berlebih membuat anak mudah stres dan makin sulit belajar. Kelebihan karbohidrat menimbulkan efek ketagihan. Anak cenderung menjadi hiperaktif.
”Otak sangat sensitif dengan perubahan kadar gula,” katanya. Otak memang membutuhkan energi cukup besar, 20-40 persen dari energi yang dikonsumsi. Namun energi berlebihan justru mengganggu keseimbangan neurokimia otak anak.
Banyak orangtua tak menyadari konsumsi gula anaknya. Gula ada dalam karbohidrat dalam makanan pokok, minuman kemasan, susu bubuk, camilan, hingga gula-gula yang digemari anak-anak. Gula dalam minuman kemasan dan camilan ini yang sering tidak ditakar orangtua.
Dokter spesialis anak dari FKUI Aman Bhakti Pulungan mengingatkan orangtua untuk memperhatikan asupan gula anak. Tidak hanya memengaruhi kinerja otak, gula berlebih membuat anak kegemukan hingga kepercayaan dirinya rendah serta rentan menderita diabetes.
”Jika dulu diabetes identik dengan penyakit orang tua, kini banyak anak mengalaminya,” ujarnya.
Untuk mendeteksi gula berlebih pada anak, kata Pulungan, orangtua dapat melihat dari ada tidaknya Acanthosis nigricans, yakni warna hitam di leher, ketiak, maupun buku jari. Warna ini lebih gelap dibandingkan warna kulit sekitarnya. Warna hitam yang terbentuk itu menunjukkan terjadinya resistensi insulin.
Deteksi warna kehitaman dapat dilakukan kapan pun, tidak perlu menunggu ada tidaknya gejala pada anak. Sebanyak 93,9 persen anak gemuk akan memiliki tanda hitam ini.
Selain mengatur konsumsi gula, orangtua juga perlu mengubah gaya hidup dan pola hidup anak. Buah dan sayur harus menjadi menu setiap makan anak.
Camilan anak perlu diganti perlahan, dari camilan tinggi gula menjadi konsumsi buah-buahan. Konsumsi minuman kemasan tinggi gula perlu diganti dengan lebih banyak air putih.
Anak harus banyak bergerak, dirangsang bermain di luar ruang. Menonton televisi atau bermain game sebaiknya tidak lebih dari dua jam. (MZW)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar