Apakah warna obat menjadi pertimbangan Anda dalam meminum obat? Anda tidak sendiri. Sebuah studi di Amerika
Serikat mengatakan, sebagaian besar orang menggunakan warna sebagai
pertimbangan dalam memilih obat. Sayangnya, seringkali obat generik
diproduksi dalam berbagai warna tergantung dari produsen obatnya. Hal
inilah yang seringkali membingungkan masyarakat.
Para peneliti di
Brigham and Women's Hospital di Boston menemukan, hingga 50 persen
pasien cenderung untuk berhenti minum obat generik jika warnanya berbeda
dari yang biasanya mereka minum. Padahal senyak 70 persen obat di
Amerika Serikat adalah obat generik yang diproduksi dengan berbagai nama
dan warna. Sebagian dari perusahaan obat juga melakukan perubahan warna
pada obatnya.
"Ketika berbicara dengan pasien saya, masalah ini
seringkali terjadi. Mereka bingung dan tidak mengerti kenapa obat mereka
terlihat berbeda,” ungkap Aaron Kesselheim, peneliti sekaligus asisten
profesor kedokteran di Harvard Medical School.
Perilaku ini
menyebabkan pasien pun tidak meminum obat yang diresepkan dokter dan
berefek pada membengkaknya biaya pengobatan setiap tahunnya karena
komplikasi penyakit. Demikian menurut New England Healthcare Institute.
Di
Amerika Serikat sendiri, “ketidakpatuhan” pasien terhadap resep yang
diberikan mengakibatkan bertambahnya jumlah kunjungan pasien sebanyak
183 juta kali setiap tahunnya.
Penelitian yang dimuat dalam
jurnal Archives of Internal Medicine ini menyebutkan di Amerika ada
sebanyak 37 jenis obat epilepsi beraneka warna meski dengan khasiat yang
sama. Namun karena adanya keanekaragaman ini, orang biasanya melewatkan
minum obat. Padahal untuk penyakit epilepsi, sangat fatal akibatnya
ketika melewatkan waktu minum obat. Dan yang memprihatinkan lebih dari
setengah pasien yang didiagnosa mengidap epilepsi tidak meminum obatnya
lagi ketika warnanya sudah berubah.
Meskipun studi ini masih
terbatas untuk obat epilepsi, Kesselheim dan timnya percaya harus ada
aturan yang jelas untuk warna obat untuk mengurangi ketidakpatuhan
pasien dalam meminum obat. “Dokter dan apoteker harus memberikan
informasi lebih baik kepada pasien agar mereka tahu bahwa obat generik
ada dalam merek dan warna yang berbeda. Selain itu perbedaan warna tidak
akan mengubah cara kerja obat dalam tubuh,” katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar